Alami Penurunan, Prevalensi Stunting di Indonesia Masih Tetap Tinggi

Kamis, 24 Januari 2019 - 00:29 WIB
Alami Penurunan, Prevalensi Stunting di Indonesia Masih Tetap Tinggi
Alami Penurunan, Prevalensi Stunting di Indonesia Masih Tetap Tinggi
A A A
JAKARTA - Prevalensi stunting di Indonesia, menurut data terbaru Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan angka 30,8 persen. Angka tersebut masih jauh di atas ambang yang ditetapkan organisasi WHO (World Health Organization), yakni 20 persen.

"2018, stunting sudah turun jadi 30,8 persen, tapi itu masih tinggi. Proporsisi di 34 provinsi, 18 provinsi masih memiliki prevalensi stunting, 100 kota/kabupaten stuntingnya tinggi," ujar dokter anak spesialis nutrisi dan penyakit metabolik pada anak, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) saat acara "Investasi Pangan Hewani, Stunting dan Upaya Selamatkan Generasi Mendatang" bersama Frisian Flag di Djakarta Theater, Jakarta, Rabu (23/1).

Menurut Damayanti, Asia menjadi pusat penyumbang terbanyak anak-anak stunting, overweight dan gizi buruk. "Data 2010, di antara negara ASEAN, Indonesia nomor tiga setelah Laos dan Kamboja. Malaysia, Singapura, Thailand sudah di bawah 20. Kita ketinggalan. Kita nomor lima di dunia karena jumlah penduduk kita banyak," tambahnya.

Kondisi ini tentu mengkhawatirkan, mengingat permasalahan stunting tidak sekadar tentang terhambatnya pertumbuhan tinggi badan pada anak. Namun, lebih lanjut dapat menyebabkan hambatan kecerdasan, menimbulkan kerentanan penyakit menular dan tidak menular hingga penurunan produktivitas pada usia dewasa.

Karenanya, saat ini pemerintah menetapkan pencegahan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional. Salah satunya dengan cara perbaiki asupan nutrisi yang cukup, lengkap dan seimbang serta pastikan kecukupan asupan protein hewani.

Pastikan juga tidak ada penyakit penyerta yang meningkatkan kebutuhan nutrisi seperti infeksi saluran pernapasan (ISPA), diare, infeksi saluran kemih (ISK) dan penyakit jantung bawaan.

"Pastikan bayi atau batita aktif, pastikan bayi dan batita deep sleep pada jam 23-02 setiap hari. Pantau dengan melakukan pengukuran berat badan, panjang badan dan lingkar kepala secara teratur satu bulan sekali dan segera rujuk dokter jika terjadi weight faltering atau weight loss," tandas Damayanti.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5888 seconds (0.1#10.140)